BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat
dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
Sebelumnya ada baiknya jika kita
mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah
kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui
panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume.
Mengukur dapat dikatakan sebagai
usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara
kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar
pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari
data-data yang mendukung. Dengan
pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola
tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.
Pentingnya besaran dalam pengukuran,
maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu untuk memahami materi
dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala tidak lengkap apabila
tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi pengukuran yang kemudian
besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran kemudian ditetapkan sebagai
satuan.
Dengan salah satu argument di atas,
setelah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas
pengukuran dalam fisika, untuk memperoleh hasil / data dari suatu pengukuran yang
akurat dan dapat dipercaya.
1.2
Tujuan
Percobaan
1.
Mampu menggunakan
alat-alat ukur dasar
2.
Menentukan
ketidakpastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil pengukuran secara benar
3.
Memahami dan
menggunakan metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengukuran
Untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan
pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum
tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat
dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita
dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan
angka-angka, berarti kita menghetahui apa yang sedang kita bicarakan itu.
Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkan sesuatu yang
sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnya
bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda
tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
2.2
Pengukuran
Panjang Benda
a.
Dengan Menggunakan
Mistar
Untuk mengukur panjang suatu benda,
dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah menggunakan mistar atau penggaris.
Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Ada mistar yang skala
terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang skala terkecilnya cm
(mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya adalah mistar
milimeter. Dengan kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1 milimeter
dan mempunyai ketelitian 1 milimeter atau 0,1 cm..Ketika mengukur dengan
menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat
yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini
ditarik dari titik yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut,
panjang benda yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih
besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah
terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang biasa disebut kesalahan paralaks
b.
Dengan Menggunakan
Jangka Sorong
Untuk
melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka sorong.
Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang
bagian luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran
kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian
sebagai berikut: Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala
panjang yang disebut skala utama.Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala
pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahang tetap terdapat skala-skala
utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada rahang geser terdapat skala pendek
yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut
sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga
panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan
skala utama adalah 0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong
adalah 0,1 mm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut.
Bila diukur sebuah benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak
antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit
dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini kekiri, selisih
antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap
melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih antara skala utama
dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24
cm.
c.
Dengan Menggunakan
Mikrometer Sekrup
Untuk megukur benda-benda yang
sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm digunakan alat bernama
mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah sebuah poros
berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung
silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang
sama. Jika bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau
mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya,
maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar
0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sangat perlu diketahui, pada saat mengukur
panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar sehingga benda dapat
diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda,
pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan
benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah
poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran
menjadi tidak teliti.
2.3
Sistem
Internasional
Satuan untuk suatu
besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang. Untuk satuan panjang saja
kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter, kaki, mil dan sebagainya. Bahkan
ada orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan panjang. Penggunaan
berbagai macam satuan ini ternyata bisa membuat beberapa kesulitan. Misalnya
kita akan memerlukan berbagai macam alat ukur yang berbeda untuk satuan yang
berbeda pula. Kesulitan selanjutnya dalah saat kita akan melakukan komunikasi
ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan konversi dari sebuah satuan
menjadi satuan yang lain.
Dikarenakan hal itulah, maka para
ilmuwan dunia sepakat membuat sebuah satuian internasional untuk menghilangkan
kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system SI. Dalam satuan SI, panjang
memiliki satuan meter, satuan massa adlah kilogram, dan satuan waktu adalah
sekon yang dikenal juga dengan sbutan sistem MKS. Selain itu dikenal pula
istilah CGS, dengan centimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan
massa, dan sekon sebagai satuan waktu. Setelah ditetapkan secara internasional,
sekarang stiap satuan memiliki standar masing-masing dalam pengukurannya,
yaitu: Satuan standar waktu Satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom
cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati
tingkat energi yang paling rendah. Satuan standar panjang Satu meter adalah
jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama selang waktu
1/299.792.458 s.
v Satuan
standar massa
Satu kilogram adalah massa silinder campuran platinum-iridium.
Satu kilogram adalah massa silinder campuran platinum-iridium.
v Satuan
standar kuat listrik
Satu Ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang hampa akan menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton setiap meter penghantar.
Satu Ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang hampa akan menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton setiap meter penghantar.
v Satuan
suhu
Satu Kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik tripel air.
Satu Kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik tripel air.
v Satuan
intensitas cahaya
Satu kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah tersebut.
Satu kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah tersebut.
v Satuan
jumlah zat
Satu
mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam jumlah
sebanyak atom karbon dalam 0.,012 kg karbon-12.
Setelah
ditetap secara internasional, setiap satuan memiliki standar masing-masing
dalam pengukurannya, yaitu :
v Satuan
Standar Waktu
Satuan standar waktu adalah 1 sekon. 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat energy yang paling rendah.
Satuan standar waktu adalah 1 sekon. 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat energy yang paling rendah.
v Satuan
Standar Panjang
Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama selang waktu .
Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama selang waktu .
v Satuan
Standar Massa
Satu
kilogram adalah standar massa silinder campuran platinum-iridium.
v Satuan
Standar Kuat Listrik
Satu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang hampa akan mengalami gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton setiap meter penghantar.
Satu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang hampa akan mengalami gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton setiap meter penghantar.
v Satuan
Suhu
Satu
Kelvin adalah
,
1 kali suatu termodinamika titik tripel air.
v Satuan
Intensitas Cahaya
Satu
candela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi
monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar
watt/sterodion dalam arah tersebut.
v Satuan
Jumlah Zat
Satu
mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam jumlah
sebanyak atom karbon dalam 0,012 kg karbon-12.
2.4
Ketidakpastian
Pengukuran
Fisika merupakan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena yang terjadi di alam. Ilmu
ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan. Pengamatan merupakan pengkajian
suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja, sayangnya suatu gejala alam yang
muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam waktu tertentu, sehingga
menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka dilakukan percobaan yang
menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan pengawasan khusus. Tanpa
percobaan ini, ilmu fisika tak mungkin berkembang seperti saat sekarang ini.
Dan selanjutnya, dalam suatu
percobaan kita hrus berusaha menelaah dan mempelajarinya. Caranya, kita harus
mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang kita lakukan. Sanada dengan
pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau kita belum belajar sesuatu bila
kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk itulah dalam fisika
dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata tak ada
pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah
ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.
Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai
yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem dan
ketidakpastian acak.
a. Ketidakpastian
Bersistem
Kesalahan
kalibrasi
-
Kesalahan dalam memberi
skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga tiap kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam
tiap pengukuran.
-
Kesalahan titik nol
skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.
-
Kesalahan Komponen Alat
Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas sudah sering dipakai
Gesekan
-
Kesalahan yang timbul
akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
-
Kesalahan posisi dalam
membaca skala alat ukur.
b. Ketidakpastian
Acak
-
Gerak Brown molekul
udara menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruh.
-
Frekuensi Tegangan
listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki Landasan yang Bergetar
-
Adanya Nilai Skala
Terkecil dari Alat Ukur.
-
Keterbatasan dari
Pengamat Sendiri.
c. Angka
Penting
Angka
penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan pengamatan.
Aturan angka penting: Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol
yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk bilangan
desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri
maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak termasuk angka penting. Deretan angka
nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting,
kecuali ada penjelasan lain.
2.5
Akurasi
dan Presisi
Pengukuran yang akurat
merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada pengukuran
yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap
pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Di antara yang
paling penting, selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan setiap alat
pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian
terkecil yang ditunjukkan. Misalnya anda memakai sebuah penggaris centimeter
untuk mengukur lebar sebuah papan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1
cm, yaitu bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit
untuk memastikan suatu nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan
penggaris itu sendiri mungkin tidak dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan
yang lebih. Akurasi pengukuran atau
pembacaan adalah istilah yang sangat relatif.
sebaik dari ini. Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness)
antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya.
Dalam eksperiman, nilai
sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang
diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan
dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat diekspresikan
dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik
pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat
atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang akurasi dari
sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen skunder dan alat manipulasi yang lain.
Ketika
menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan atau
perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut. Sebagai contoh, hasil
pengukuran lebar papan tulis : 5,2 plus minus 0,1 cm. Hasil Plus minus
0,1 cm (kurang lebih 0,1 cm) menyatakan perkiraan ketidakpastian pada
pengukuran tersebut sehingga lebar sebenarnya paling mungkin berada diantara
5,1 dan 5,3. Persentase ketidakpastian merupakan perbandingan antara
ketidakpastia dan nilai yang diukur, dikalikan dengan 100 %. Misalnya jika
hasil pengukuran adalah 5,2 cm dan ketidakpastiannya 0,1 cm maka presentase
ketidakpastiannya adalah : (0,1/5,2) x 100% = 2%
Seringkali,
ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara eksplisit. Pada
kasus seperti ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua
satuan (atau bahkan tiga) dari angka terakhir yang diberikan. Sebagai contoh,
jika panjang sebuah benda dinyatakan sebagai 5,2 cm, ketidakpastian dianggap
sebesar 0,1 cm (atau mungkin 0,2 cm). Dalam hal ini, penting untuk tidak
menulis 5,20 cm, karena hal itu menyatakan ketidakpastian sebesar 0,01 cm;
dianggap bahwa panjang benda tersebut mungkin antara 5,19 dan 5,21 cm,
sementara sebenarnya anda menyangka nilainya antara 5,1 dan 5,3.
Setiap unit mempunyai
kontribusi terisah dengan batas tertentu. Jika ± a1, = a2 dan ± a3 adalah batas
akurasi individual, maka akurasi total dari sistem dapat diekspresikan dalam
bentuk bawah akurasi seperti berikut :
A = ± ( a1+
a2 + a3 ) (2.1)
Dalam hal tertentu nilai
batas bawah akurasi total diatas mempunyai kelemahan, maka dalam praktek orang
lebih sering menggunakan nilai akar kuadrat rata-rata untuk mendefinisikan
nilai akurasi dari sebuah sistem, yaitu :
A = ± √ (
a1² + a2² + a3² ) (2.2)
Presisi adalah istilah
untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari kesalahan acak. Jika
pengukuran individual Dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil pembacaan
akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Bila Xn adalah nilai pengukuran
ke n dan
adalah nilai rata-ratanya n
pengukuran maka secara metematis, presisi dapat dinyatakan
Presisi = (2.3)
Presisi = (2.3)
Presisi tinggi dari alat
ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang
mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi
tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi pada umum
nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan
kalibrasi.
Dua istilah yang
mempunyai arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan reproducibility.
Repeability digunakan untuk menggambarkan kedekatan (closeness) keluaran
pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang pada
periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan
dengan alat ukur yang sama. Reproducibility digunakan untuk menggambar
kedekatan ( closeness) keluaran pembacaan
bila masukan yang sama digunakan secara berulang-ulang.
Macam
– macam alat ukur
a)
Jangka sorong
Ketelitian Jangka Sorong: Paling tidak ada 2 jenis jangka sorong, yakni jangka sorong yang
memiliki ketelitian 0,05 mm dan yang memiliki ketelitian 0,1 mm.
b)
Mikrometer sekrup
Ketelitian mikrometer sekrup:
Micrometer sekrup hanya ada satu macam, yakni yang berketelitian 0.01
mm.
c)
Spherometer
Spherometer merupakan
alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu permukaan. Biasanya digunakan
untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer memiliki 4 kaki, dengan 3 kaki
yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-ubah ketinggiannya.
Ketelitian spherometer bisa mencapai 0,01 mm.
d)
Neraca Torsi
Neraca torsi digunakan
untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki neraca ini
bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.
e)
Densitometer
Specific gravity adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa jenis) suatu zat cair.
Bedanya dengan densitometer adalah bahwa nilai yang ditunjukkan oleh specific
gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air (1 g/ml).
f)
Stopwatch
Stopwatch merupakan alat
pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya berketelitian 0,1 s atau
0,2 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas stopwatch.
Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.
g)
Termomoter
Termometer adalah alat
pengukur suhu. Termometer yang biasa digunakan dalam Lab. Fisika Dasar adalah
termometer Celcius dengan ketelitian 0,50C atau 10C.
h)
Multimeter
Multimeter adalah alat
pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus, tegangan, dsb. Ketelitan
alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai maksimum yang mampu
diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan posisi saklar
sesuai dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur. Jika
digunakan untuk mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok
(+) dihubungkan dengan (+) rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya.
Sedangkan jika digunakan untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang
rangkaian maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang tersebut.
i)
Neraca Ohauss
neraca
ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.,neraca ini ada
dua macam :
1.
nilai skalanya dari
yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah antara skala
ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1) yang di
bagi2 juga skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g.
Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.
Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.
2. nilai
skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Cara memakainya hampir
sama dengan yang no.1 tadi. Cuma bedanya, waktu membaca yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca
antara skala ratusan dan puluhannya (100+20). Lalu kamu putar skala satuannya
(dalam 1 skala satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan
dari angka nol (misal 5.6 g).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum Fisika Dasar mengenai
Pengukuran Dasar dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 19
April 2012.
Praktikum dilaksanakan pada pukul 13.00-15.00 WITA bertempat di
Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman.
3.2
Alat
dan Bahan
1.
Jangka sorong
2.
Neraca ohauss
3.
Micrometer sekrup
4.
Bola-bola besi
5.
Silinder besi
3.3
Prosedur
Percobaan
1.
Disiapkan rangkaian alat-alat pengukuran dasar
2.
Diukur bola-bola
besi untuk mencari diameter bola besi
3.
Diulang sebanyak
3 kali bola besar, 2 kali bola kecil
4.
Diukur panjang,
tinggi, dan lebar balok besi dengan menggunakan jangka sorong, diulang
percobaan sebanyak 5 kali untuk setiap pengukuran panjang, tinggi dan lebar.
5.
Ditimbang
bola-bola besi untuk mencari massa menggunakan neraca ohauss, diulang percobaan
sebanyak 3 kali bola besar dan 2 kali bola kecil
6.
Ditimbang balok
besi untuk mencari massa menggunakan neraca ohauss, diulang sebanyak 5 kali
percobaan.